Cerita ini dimulai ketika aku memutuskan untuk bergabung di salah satu organisasi pemuda di kampung daerah pinggiran kota, Godean. Saat itu aku yang baru duduk dikelas 1 SMA. Selama ini aku belum pernah aktif karena sehari-hari aku bersekolah di kota. Pertama kali hadir dipertemuan rapat Karang Taruna, tidak seperti harapan ku yang ada, sebagian besar remaja sibuk dengan perangkat teleponnya masing-masing. Bukankah ini sedang rapat?
Beberapa hari setelah itu, tiba-tiba ada keramaian di samping rumahku. Aku bertanya dalam diri, ada acara apa ini sebenarnya? Dan ternyata, salah satu teman main ku saat kecil sedang melangsungkan pernikahan. Sedikit kecewa karena tidak mendapat undangan, tapi satu hal yang pasti ku tau. Dia sedang mengandung seorang calon jabang bayi.
Terkadang, pada malam hari terdegar tawa dari depan rumah dari segerombolan remaja. Kata-kata yang digunakan pun bukan kata-kata yang baik untuk didengar. Ibuku selalu memintaku untuk mengunci pintu dan menutup jendela. Entah ada apa. Ternyata, segerombolan pemuda yang sedang pesta miras.
Sangat disayangkan.
Pada bulan Agustus, alhamdulillah mendapatkan harapan untuk menimba ilmu dari negeri Paman Syam selama satu tahun. Beberapa orang mungkin bertanya, "Kenapa negara Zionis ini?" Namun bagiku sendiri, ilmu bisa diperoleh dari mana saja. Tidak ada orang bertaubat tanpa ada pendosa, karena mengapa, mereka belajar dari hal yang dianggap salah untuk menjadi lebih baik. Mengapa dikatakan hal baik? karena ada hal yang dianggap buruk. Maka, menurutku, semuanya harus dipahami secara bersamaan agar mendapatkan makna yang utuh.
Ketika aku hidup dan tumbuh di Indonesia, sudah barang tentu apa yang aku pikirkan adalah hal umum yang dipikirkan sebagian besar rakyat Indonesia pula. Namun ketika aku pergi ke negara lain, aku akan melihat Indonesia dari luar dan lebih utuh. Sama halnya ketika aku melihat negara adi daya itu dari dalam. Menjadi pribadi yang lebih bijaksana dalam menyikapi perbedaan dan itulah kunci utama pertukaran pelajar.
Berbeda.
Sebelum berangkat, pandangan akan Indonesia dan Amerika tentulah berbeda. Indonesia yang miskin tetapi rahmatan Lillahi, atau Amerika yang kaya tapi penuh ke-dzalim-an. Tidak, tidak keduanya. Semuanya memiliki hal yang bisa dicontoh dari keduanya. ataupun sebaliknya. Berangkat dari kekhawatiran saya akan moral dan edukasi remaja Indonesia, disanalah saya berusaha membandingkan dan mencari apa yang salah, apa yang benar, dan apa yang harus diperbaiki.
Mengapa kualitas pendidikan Indonesia begitu rendah? Mengapa pendidikan di Amerika banyak menciptakan para inovator-inovator dunia?
Kalau dikatakan pendidikan Indonesia buruk, tidak bisa sepenuhnya dikatakan hal itu. karena pada kenyataannya, silahkan dicoba pergilah ke negeri Paman Syam dan berdiskusilah dengan pelajar disana. Orang Indonesia mengetahui lebih banyak hal dari pada sebagian besar mereka. Atau bahkan kalian akan dijuluki makhluk pintar dari Asia. Ya, sebagian dari mereka memanggil kita "Asian is nerd." Tapi hal ini menunjukan bahwa tidak sepenuhnya pendidikan kita salah. Dengan 17 pelajaran yang diajarkan, ada 17 hal pula yang kita ketahui. Namun pertanyaanya, kenapa kualitas sumber daya manusia kita secara umum belum baik?
"Know the goal and focus"
Sepulang dari Freedom country itu, aku memutuskan untuk mulai berbagi cerita dengan adek-adek disekitar kampung ku. Dimulai dari acara Takjilan pada bulan Ramadhan 2012 dan sekarang sudah mengajar kurang lebih 40 anak SD-SMP tiap minggunya yang tersebar dalam hari-hari tertentu. Diawal pembelajaran aku selalu bertanya apa yang ingin mereka lakukan dimasa depan, ingin jadi apa mereka. Diawal pertemua, sebagian dari mereka akan menjawab, "Belum tau, mbak." Hal ini lah perbedaan besar antara Indonesia dengan beberapa negara yang dianggap maju. Bagaimana anak-anak ini bisa fokus pada apa yang mereka lakukan? Bagaimana mereka bisa termotivasi untuk belajar? Kalau mereka saja tidak tau untuk apa mereka melakukan ini.
Maka dari itu, menurutku guru bukan sekadar pengajar, namun juga pendidik yang bisa membawa mereka pada mimpi dan harapan mereka. Mengaitkan pelajaran pada apa yang ingin mereka lakukan, memberikan berbagai macam informasi yang bisa membuka jendela pengetahuan mereka akan dunia ini. Menceritakan banyak hal akan kehebatan Tanah Air ini, dan bukan hanya isu-isu negatif yang beredar di dunia massa. Karena mimpi dan harapan Indonesia dimulai dari harapan-harapan mereka.
Comments
Post a Comment